Sabtu, 18 Juni 2016

e-Book Baru ...!!! (Tolonglah Kami ya Rasulullah)



Tolonglah Kami Ya Rasulullah
Sebuah Refleksi Pandangan Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki 
Tentang Hukum Bertawassul Dengan Perantara Nabi, 
Waliyullah dan Orang-Orang Shalih 

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan buku saku ini. buku ini pada dasarnya merupakan bagian dari skripsi penulis ketika menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sumatera Utara, namun didalam buku ini diambil sebagian saja tanpa memasukkan  pendapat yang kontra terhadap amaliah tawassul dengan tujuan agar buku ini tidak terlalu besar sehingga sulit untuk dibaca. didalam buku ini diungkapkan bagaimana pendapat Abuya al-Maliki mengenai hukum bertawassul kepada Allah dengan perantara Nabi, Waliyullah dan Orang-Orang Shalih yang dinukil dari kitab induk MAfaahim Yajibu An-Tushahhah dilengkapi dengan dalil dan istinbath nya serta kritik dan penilaian terhadap hadits yang dipertentangkan oleh para ulama hadits. bagi pembaca Blog Mas Opik yang ingin mendownload e-Book ini silahkan klik Disiniiiii

Kamis, 16 Juni 2016

ANTARA AGAMA DAN HAM (Sebuah Tanggapan)


Selamat siang sobat CMO (Coretan Mas Opik) apa kabar nih ? mudah-mudahan puasanya masih bisa ditahan ya, banyakin aktivitas positif biar puasanya gak Cuma sekedar kelaparan dan kehausan, alias RUGI. Siang ini mas mau nulis artikel bebas dengan bahasa yang mungkin gak lulus di ujian EYD.

Artikel ini sebagai bentuk refleksi setelah kecewa atas keputusan Presiden yang mencabut 3000 lebih perda termasuk yang bernuansa islami hanya karena alasan “Intoleran” atas Hak Asasi Manusia yang dipuji dan dipuja sebagian aktivis Humanisme Indonesia. Hah,,, beginilah Negara jika sudah dipimpin oleh seorang Pemimpin yang agamanya kagak beres. Wal-Hasil pemikiran dan kebijakannya justru menginjak-injak agama Islam khususnya.

Ada beberapa jargon yang selalu diucapkan oleh aktivis Humanisme dalam upaya menginjak-injak agama, yang pada dasarnya mengatur bukan diatur. Jadi kebalik deh, sekarang kayaknya agama dibawah humanisme. Artinya mereka selalu memandang kebijakan agama dengan kacamata Humanisme (Baca : Kacamata Barat, Liberalisme, Pluralisme dan Atheisme).

Mereka selalu mengungkapkan “PERCUMA MENJADI RELIGIOUS kalau tidak manusiawi” atau ungkapan “Daripada beragama tapi jahat lebih baik BERKEPRIMANUSIAAN MESKIPUN TIDAK BERAGAMA”. Itulah logika para pendukung Humanisme dan pembenci Agama.

Berdasarkan fakta sejarah, ternyata pola fikir humanisme ini bersumber dari pergeseran nilai dan moral di Barat, yakni dari Theosentris (Tuhan sebagai Pusat) menjadi Antroposentris (Manusia Sebagai Pusat). Jika dulunya segala urusan manusia harus dipertimbangkan oleh agama dan titah Tuhan melalui al-Qur’an dan Rasulullah, maka saat ini di Barat sudah terbalik, segala titah Tuhan dan ajaran agama harus ditimbang oleh kehendak manusia (Baca :Hawa Nafsu Manusia). Yang namanya nafsu Syaithaniyah manusia itu selamanya tidak akan bisa sepaham dan sejalan dengan ajaran agama. Inilah salah satu sebab kenapa agama islam diwajibkan bagi seluruh manusia, sebab hanya agama islam satu-satunya yang mengajarkan manusia mendidik nafsunya dari nafsu Ammarah sampai kepada nafsu al- Muthmainnah bahkan Mardhiyah dan Kaamilah sehingga sejalan dengan ajaran syari’at. Nah loh, sekarang bagi aktivis humanisme yang mencoba menginjak-injak Agama gimana bisa mendidik nafsunya ya ? yah walhasil nafsunya makin besar dan kayaknya setan kagak susah ngegoda para aktivis Humanisme, sebab mereka sudah sejabatan dengan setan.

Orang-orang humaisme biasanya akan mengkritik setiap kegiatan aktivis pembela islam seperti FPI dan lain-lain dengan dalih “Tuhan Maha Kuasa, jadi tidak butuh Pembela” padahal mereka Cuma takut kedok busuk Humanisme yang mencoba menjalankan misi “mematikan tuhan” dari relung kehidupan manusia sebagaimana misi Nietzsche, terbongkar oleh aktifis Islam.

Nah sekarang benih-benih yang ditabur oleh Nietzsce telah menjadi buah masak yang membuat siapapun tergoda untuk memetiknya. Ya, buahnya adalah Liberalisme, Pluralisme, Atheisme dan Humanisme yang merupakan bentuk lain dari hasrat Materialisme yang ingin dirahin aktivis-aktivis tersebut. Wah-wah wah.... Bayangkan Negara mana yang paling banyak bagi-bagi beasiswa besar dengan proyek Buah Nietzsce tersebut ya ? Amerika, Canada, Inggris dll. Sungguh menggiurkan....

Mereka selalu beranggapan bahwa manusia tidak akan bisa mendapatkan kepuasan hasrat manusiawinya jika masih berpegang pada nilai=nilai ketuhanan, inilah intinya, jadi kalau manusia mau maju, berkembang dan sesuai dengan hasratnya maka ia harus melepaskan nilai-nilai ketuhanan dalam dirinya. Inilah arti Humanisme Yang Sesungguhnya. Mereka mencoba menggiring manusia dan generasi muda untuk mulai tidak percaya pada agama, diawali dengan sikap TOLERANSI yang menjadi alasan pak Presiden Indonesia sampai kepada pemerataan agama-agama, membuat dinding besar antara Politik dan Agama, tapi justru meruntuhkan Dinding pembatas antar Agama. Hasilnya, lahirlah sarjana-sarjana sekuler, plural dan bahkan ATHEIS dari kampus-kampus yang notabene MEMPELAJARI AGAMA. Kok kampus islam sih ? ya jelas, disitu tempat berkumpul generasi muslim yang polos dan mudah tergiur dengan buah Nietzsce dengan aroma Filsafat Agama atau Aqidah Filsafat. Eeee... Aqidah dikaji pakai filsafat ? kapan ketemunya ya ? hihihihi....

Pada tahun 1948, disaat bibit God is Dead  besutan Nietzsce telah menjadi buah berupa Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) merupakan tindakan awal memisahkan manusia dari Tuhan. Hasilnya apa ? ya HUMANISME. Deklarasi ini akhirnya terus menuai kontroversi dari OKI dan gerakan-gerakan islam yang dituduh tidak TOLERIR oleh aktivis DUHAM. Pertentangan itu terus terjadi dalam bentuk Project on Religion and Human Right, sampai deklarasi tandingan dengan nama Cairo Declaration of Human Rights in Islam. Yang akhirnya membuktika kekeliruan DUHAM atas tudingan INTOLERAN dalam agama islam. Hal ini terbukti dengan adanya pasal 10 hasil deklarasi tersebut yang menyatakan :

Islam adalah agama yang sempurna, melakukan segala bentuk pemaksaan terhadap manusia atau mengeksploitir kemiskinan dan kebodohan untuk mengkonversikan seseorang dari satu agama ke agama lain atau Atheisme adalah dilarang.

Dan di pasal 22 disebutkan :
a.Setiap orang memiliki hak untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.

b.setiap orang berhak untuk membela yang benar, mendakwahkan yang baik,dan memperingatkan hal-hal yang salah dan mungkar sesuai dengan norma-norma syari’ah islam.

Dari pasal 22 ini terbukti bahwa memberi tempat pada agama tidak berarti menustakan manusia, sebab syari’ah adalah sumber segala perlakukan terhadap manusia, didalam syari’ah telah terdapat maslahat yang telah didesain oleh Tuhan melalui Wahyu, tapi tidak semua yang dianggap manusia debagai maslahat dapat dibenarkan syari’at. Pelacuran, homosex, lesbianisme, nikah beda agama merupakan maslahat, tapi tidak dibenarkan oleh syari’at.

Oh ya, berjualan makanan dipagihari atau siang hari bulan Ramadhan sehingga membuka peluang orang muslim membatalkan puasanya, dengan alasan pencarian biaya hidup merupakan maslahat, tapi tidak dibenarkan oleh syari’at. 
 
Humanisme di Indonesia ini mulai beraksi loh, apa gejalanya ? ya,  Pelacuran, Nikah Beda Agama, Homosex,  Lesbiansime dan LGBT diperjuangk agar jadi Undang-Undang, namun Perda Jilbab, Azan dengan Pengeras Suara, larangan Jualan di Siang hari Ramadhan, dan Perda-Perda Islami lainnya DICABUT hanya karena alasan INTOLERAN kata pak Presiden. padahal semua itu demi menjaga kehormatan bangsa dan agama khususnya Indonesia yang merupakan hasil perjuangan para Ulama dan Santri.

Jadi inti dari tulisan ini hanya sedikit mengoyak kulit Humanisme dan kesalahpahaman orang terhadap Syari’at islam yang kata mereka Intolerir. Jadi logikanya yang benar : 

 “Semakin Religious seseorang, justru ia semakin manusiawi, tapi semakin Humanis seseorang justru akan semakin Atheis..."