Rabu, 13 Juni 2018

Khutbah Idul fithri 1 Syawal 1439 H


IDUL FITRI, HARI RAYANYA ORANG YANG BERTAQWA 

Oleh : Muhammad Taufiq Husni, SH

Khutbah 1
 Khutbah 2 

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt,. yang telah memberikan rahmat dan nikmat yang amat besar kepada kita semua. Nikmat rezeki yang halal, hembusan nafas yang berkah, dan seluruh nikmat Allah yang menopang kita untuk senantiasa meninggikan ucapan syukur yang tiada terhingga. 

Alhamdulillah, berkat semangat Rasulullah dalam menyiarkan agama islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam, kita dapat mengenal, mempelajari, menghayati, dan bersungguh-sungguh dalam mengabdikan diri sebagai seseorang yang berpredikat “Muslim dan Mukmin”, maka sungguh sangat penting bagi kita melantunkan sholawat kepada baginda Nabi Muhammad sebagai ungkapan syukur kepada beliau, mudah mudahan kita diberi predikat “Al-Muttaqin”, orang orang yang bertaqwa. 

Adapun judul khutbah yang akan khatib sampaikan pada kesempatan pagi hari ini, yaitu : 

IDUL FITRI, HARI RAYANYA ORANG YANG BERTAQWA 



Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 
Hadirin Wal Hadirat sidang jama’ah shalat ‘id yang dimuliakan Allah… 

Tanpa terasa, hari ini kita telah memasuki tanggal 1 Syawal 1439 H, Allah kembali memberikan nikmat yang amat besar bagi kita hingga dapat berhari raya. Setelah Allah memberikan nikmat berupa bulan Ramadhan dengan berbagai fadhilah dan keutamaannya, Allah kembali memberikan kepada kita nikmat berhari raya pada pagi hari ini. ada banyak saudara-saudara kita yang tidak berkesempatan menikmati indahnya hari ini, sebab mereka telah dipanggil oleh Allah Swt,. adapula saudara kita yang diberi kesempatan berhari raya, namun dengan kondisi ekonomi dan kesehatan yang tidak mendukung. Maka perlu kita introspeksi diri, layakkah kita melupakan nikmat Allah untuk pagi ini saja ? 

Sejak bangun dari tidur, Allah masih pertemukan ruh dan jasad hingga kita dapat bangun kembali menghirup udara segar, mendengarkan lantunan gema takbir yang membahana, menandakan kebesaran Allah Swt,. 

Berapa banyak diantara umat Islam yang pagi ini meninggalkan shalat subuh, namun masih berani menyatakan bahwa dirinya berhak berhari raya ? berapa banyak diantara kita yang memilih untuk “malas melaksanakan puasa Ramadhan, namun berani menyatakan bahwa hari ini ia pantas berhari raya ?, maka perlu kita renungkan kembali, seberapa besarkan perjuangan kita untuk memperbaiki hati selama Ramadhan untuk menyambut hari yang fithri ini ? 

Sedangkan makna fithri sendiri adalah “suci” ? layakkah kita yang masih kotor bersenang-senang berhari raya jika kualitas hati kita sebenarnya tidak pantas diberi gelar suci ?. maka tidak ada hal lain yang mesti kita sedari melainkan sebuah perenungan : 

Ya Allah, Ramadhan telah berlalu 

Sedangkan hamba masih saja lalai 

Hamba lupakan kewajiban hamba untuk beribadah kepadaMu 

Hamba tak pandai memanfaatkan anugerahMu selama Ramadhan 

Hamba gunakan Ramadhan sebagai waktu bermalas-malasan 

Puasa hamba lewatkan 

Tarawih hamba tinggalkan 

Tadarus Al-Qur’an bermalas-malasan 

Hingga tiba 1 syawal, hari dimana Engkau mensucikan hambamu yang beriman, sedangkan kami masih kotor tanpa predikat Muttaqin. 

Ya Allah, jika bukan karena karunia dan rahmatmu, sungguh kami sepantasnya bersedih pada hari ini karena kegagalan kami memanfaatkan Ramadhan yang mulia, maka berilah kami hidayah ya Allah, hidayah yang agung sehingga kami mau melaksanakan ibadah dan menempatkannya sebagai anugerah terindah dariMu ya Allah. 

Ya Allah betapa lemah diri kami, namun tanamkanlah sebesar besar rasa khauf dan Raja’ (takut akan azabMu dan Harap akan karuniaMu ya Allah) jangan hilangkan keduanya dari kami hingga kami senantiasa ringan beribadah tiap-tiap saat kepadaMu. Amin ya Rabbal ‘Alamin. 

Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 
Hadirin Wal Hadirat sidang jama’ah shalat ‘id yang dimuliakan Allah… 

Belum lama sejak gema takbir dikumandangkan, kita telah berpisah dengan bulan mulia, yakni bulan Ramadhan, rasanya waktu begitu cepat berlalu, satu bulan penuh disediakan Allah untuk mengabdi secara maksimal kepadaNya, untuk mendapatkan satu predikat tertinggi yakni seorang yang bertaqwa. 

Dalam al-Qur’an Allah berfirman : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 

Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu menjadi orang yang bertaqwa. (Qs. Al-Baqarah 183)

Allah memerintahkan puasa kepada orang orang beriman, karena hanya orang yang didalam hatinya ada cahaya keimanan dan dipandang dengan pandangan rahmat Allah lah yang akan berpuasa. Dari pandangan rahmat itu, kemudian tumbuh berbuah menjadi ampunan atas segala dosa dosa yang telah lalu, hingga ketika berbuka puasa, orang mukmin diberi hadiah pembebasan dari api neraka. Namun betapa banyak diantara kita yang berpuasa, ketika Allah beri hadiah pembebasan dari api neraka, namun setelahnya masih senang melakukan perbuatan dan amalan ahli neraka ? 

Bagaimana mungkin kita merasa pantas mendapatkan predikat Muttaqin sebagaimana ayat ke 183 surat Al-Baqarah diatas ? 

Maka beruntung dan berbahagialah bagi orang orang yang telah melaksanakan puasa dibulan ramadhan dengan maksimal, penuh rasa takut dan harap akan rahmat Allah, ia berhasil mendapatkan rahmat, maghfirah, dan jaminan pembebasan dari api neraka, hingga hari ini ia seolah benar-benar lahir kembali dalam keadaan suci, seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. 

Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 
Hadirin Wal Hadirat sidang jama’ah shalat ‘id yang dimuliakan Allah… 

Bulan Ramadhan dengan kewajiban berpuasa ditujukan oleh Allah kepada orang-orang yang mengaku beriman, semata untuk menguji dan membuktikan seberapa besar kadar keimanan didalam hatinya, apakah hanya sebatas iman dalam ucapan, ataukan iman yang betul betul dihayati dengan mendalam. Berkaitan dengan hal ini, Allah berfirman : 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu akan mengira kami akan membiarkan mereka mengatakan “Kami Beriman” sementara mereka belum diuji ? (Qs. Al-ankbabut 2)

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ 

Sungguh kami telah menguji ummat sebelum mereka, sehingga diketahui oleh Allah siapa yang betul-betul beriman dan siapa yang berdusta. (Qs. Al-ankbabut 3)

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ 

Atau orang orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari azab kami ? sungguh amat buruk sangkaan mereka. (Qs. Al-ankbabut 4)

Berdasarkan firman Allah diatas, jelas dapat difahami bahwa puasa adalah salah satu media yang allah jadikan untuk menguji seorang hamba. Tentunya, pada setiap ujian akan menghasilkan nilai, maka pertanyaan yang perlu kita sematkan didalam hati masing-masing, “sudahkan kita melaksanakan ujian ini dengan baik ? sehingga berhak mendapatkan nilai dan predikat terbaik ? atau justru sebaliknya ?. 



Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 
Hadirin Wal Hadirat sidang jama’ah shalat ‘id yang dimuliakan Allah… 

Seorang yang melakukan amal ibadah adalah orang yang didalam hatinya ada rasa takut diazab Allah dan ada rasa harap supaya Allah menganugerahinya kebahagiaan dunia akhirat, jika ini yang menjadi landasan ibadah setiap muslim, maka tidak ada hal lain yang diharapkannya melainkan pertemuan agung dengan yang maha agung, Allah Swt,. dalam hal ini Allah berfirman : 

 مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ  

Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka waktu yang mereka tunggu pasti akan datang, dan Allah maha mendengar lagi mengetahui. (Al-Ankabut 5)

Masing-masing diantara kita, pastinya akan berhadapan dengan Allah, setelah sebelumnya disidang dimahkamah akbar padang mahsyar, disaksikan oleh seluruh makhluk, bila buruk amal ibadah kita, maka semua orang akan melihat sedetail mungkin, demikian pula sebaliknya, bila baik amal ibadah kita maka semua orang pun akan menyaksikan kebaikan tersebut. Setelah itu kita akan menghadap Allah Swt, jika Allah memandang kita dengan pandangan rahmatnya, maka syurgalah tempat kita, namun bila dengan pandangan murkaNya, maka nerakalah tempat kita. 



Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 
Hadirin Wal Hadirat sidang jama’ah shalat ‘id yang dimuliakan Allah… 

Hari ini, terkhusus untuk sanak keluarga dan family kita, orang-orang tua kita yang tidak diberi kesempatan menikmati udara Idul Fitri tahun ini, karena telah dipanggil lebih dahulu oleh Allah, untuk menyaksikan hasil dari amal ibadah yang dilaksanakan selama hidup di dunia, maka kita yang masih hidup janganlah sekali-kali melupakan mereka, tetap senantiasa kita do’akan dan hadiahkan pahala kepada mereka, sebagai hadiah besar yang dapat memudahkan urusan mereka di alam barzakh, jangan hanya sebatas berbagi kepada sanak saudara yang masih hidup, namun cobalah untuk lebih berfikir maju mempersiapkan kehidupan yang kekal. 



Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 

Hari ini semua orang secara zhohir boleh saja tampak merayakan idul fitri, bergembira dan bersenang senang. Terlepas apa yang membuat bahagia, apakah anugerah Allah atas keberhasilan ibadah maksimal selama ramadhan, atau justru senang karena ramadhan telah berlalu hingga ia tak terpaksa berpenat-penat menjalankan ibadah puasa dan qiyam ramadhan. 

Jika bulan ramadhan adalah wadah untuk menguji orang-orang beriman, maka bulan Syawal adalah waktu yang diberikan Allah untuk menggambarkan hasil dari ujian tersebut. Jika kita adalah Orang yang berhasil maka akan mendapatkan predikat taqwa, sedangkan orang yang gagal maka tidak akan mendapat apa apa melainkan kesenangan semu yang pada hakikatnya adalah duka cita. Maka hari ini orang yang berhasil mendapat predikat taqwalah yang semestinya berhak berhari raya, bukan orang orang yang gagal. 



Allahu akbar… 3x Walillahil Hamd 
Hadirin Wal Hadirat sidang jama’ah shalat ‘id yang dimuliakan Allah… 

Akhirnya, sebagai penutup khutbah dipagi hari yang bersahaja ini, marilah sama sama kita bermunajat kepada Allah semoga sesedikit apapun amal ibadah kita diterima oleh Allah, diberi Allah anugerah yang besar, sehingga kita sama-sama layak beridul fitri. Semoga kita bertemu kembali dengan ramadhan yang akan datang, sehingga masih berkesempatan untuk memperbaiki kesalahan kita yang telah lalu, hingga dapat terlahir kembali dalam keadaan suci dihari yang fithri. 

Demikian lah khutbah yang dapat khatib sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Minal A’idin wal Faaizin Mohon Maaf Lahir dan Bathin, akhirul kalam, wallahu waliyyut taufiq, Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh….