Sabtu, 17 September 2016

RESENSI : Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Buku Kanan)


Judul Buku   : Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat
Penulis          : Martin Van Bruinessen 
Penerbit        : Mizan
Tahun Terbit : 1999
Jlh.Halaman  : 382 Halaman 

Pesantren, Tasawuf dan Kiprahnya Dalam Pendidikan

Tradisi pesantren bernafaskan sufistik dan ubudiyah. Ibadah fardhu dilengkapi dengan shalat-shalat sunnah dan zikir wirid serta ratib. Banyak kyai yang berafiliasi pada tarekat dan mengajarkannya pada murid-muridnya. Seperempat dari karangan ulama tradisional terdiri dari kitab-kitab tasawuf dan akhlak.Peranan dan kepribadian kyai sangat menentukan dan kharismatik. Persis sebagaimana pengertian weberian. Sikap hormat, takzim dan penuh kepatuhan kepada kyai adalah salah satu nulai yang pertama ditanamkan pada setiap santri. Kepatuhan itu diperluas lagi hingga penghormatan pada ulama sebalumnya dan ulama pengarang kitab-kitab yang dipelajari.

Inilah salah satu diantara ke khasan santri dibanding pelajar lainnya. Pesantren juga menawarkan pendidikan yang kompleks sehingga berkaitan dengan pembelajaran kehidupan santri. Disamping itu, pembelajaran fikih juga menjadi cabang ilmu yang menoonjol di sejumlah pesantren. Sebab lebih dari agama lainnya, fikih mengandung berbagai implikasi konkret dengan perbuatan manusia baik individu maupun masyarakat. Buku ini sangat menarik untukdibahas dan dipelajari. Sebenarnya ini merupakan hasil penelitian Martin di Indonesia mengenai pendidikan pesantren, tradisi shufiyah dan tarekat. Namun semua itu tidak terlepas dari dunia pendidikan. Sebab pendidikan mencakup berbagai aspek yang membentuk moral dan karakter bangsa. 

Namun kekurangan buku ini diantaranya dari sistem penulisan yang kurang nyaman dibaca, dan penilaian penulis akan adanya diskriminasi laki-laki dan perempuan dalam pesantren yang kurang layak untuk dibincangkan. Sebab pada dasarnya pandangan islam tidaklah dapat dikaji dari sudut pandang equality. Justru dengan membedakan kedudukannya akan memuliakan perempuan sehingga mereka tetap bermartabat.

1 komentar: