الحَمْدُ للهِ،
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِحْسَانِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، خَالِقُ اللَّيَالِيْ وَالأَيَّامِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا محمَّدٍ سَيِّدُ العَرَبِ وَالعَجَمِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الزِّحَامِ. أمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم، بسم الله الرحمن الرحيم،
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ
رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ:
«لاَ تَغْضَبْ» فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: «لاَ تَغْضَبْ» رواه البخاري
Ma’asyiral
hadirin, jamaah Jumat, hafidhakumullah, Pada kesempatan yang mulia ini, di
tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri dan juga
kepada para hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan selalu berusaha melaksanakan
perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Semoga usaha
takwa kita bisa menjadikan sebab kita kelak pada waktu dipanggil Allah
subhanahu wa ta’ala, kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah,
amin ya Rabbal Alamin. Hadirin, hafidhakumullah, Dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, terkadang kita mendapatkan kenikmatan yang bisa membuat kita
bahagia.
Kita biasa menyambutkan dengan suka cita,
bahagia, dan tertawa. Namun bisa jadi terkadang kita mendapatkan hal yang tidak
melegakan hati kita. Cara masing-masing orang dalam menyikapi hal yang kurang
menggembirakan, berbeda-beda. Ada yang bisa menyikapinya dengan sabar,
menyelesaikannya dengan pelan-pelan. Ada pula yang seketika itu terpantik emosinya,
kemudian marah-marah.
Dalam sebuah hadits shahih Bukhari yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anh disebutkan:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي
Ada seorang
laki-laki yang berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ. “Ya Nabi, berikan
kami nasihat!” Lalu kata Nabi menasihatinya: لاَ تَغْضَبْ “Jangan marah!”
Mungkin merasa
sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini bertanya lagi sampai berulang
sampai tiga kali. Nabi selalu menjawab dengan konsisten sebagaimana jawaban
yang pertama: لاَ تَغْضَبْ “Jangan marah!” (HR.
Bukhari)
Tentang hadits ini, ulama berbeda pendapat.
Sebagian dari mereka memberikan alasan kenapa Rasulullah sampai berpesan kepada
orang tersebut dengan kalimat “jangan marah!” sampai tiga kali, yakni karena
memang sahabat yang bertanya itu adalah orang yang tempramental, seringkali
marah.
Sebagian ulama
menjelaskan, kemuliaan seseorang akan tetap terjaga apabila ia bisa mengontrol
emosi marahnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Bathal
mengatakan bahwa mengontrol emosi diri sendiri itu lebih berat daripada
mengontrol musuh. Menurut sebagian ulama, Allah membuat “marah” dari api.
Apabila orang tersulut emosinya, api kemarahan akan membara.
Api tersebut
meletup sehingga darah yang ada di mata dan muka menjadi tampak memerah. Kulit
luar akan menampakkan apa yang ada di belakangnya. Tidak bisa dibohongi, jika
ada orang yang marah, kulitnya akan menceritakan hal tersebut dengan
sendirinya.
Apabila orang
yang sedang emosi tersebut bisa menahan emosinya sehingga meletup, dapat
diredamkan, meletup lagi, diredamkan lagi, yang akan terjadi adalah kulit akan
berubah dari kuning ke merah, dan bolak-balik seperti itu, jadinya kulit
menjadi tampak pucat sehingga jika ada orang yang sedang marah, lalu ia
bercermin, melihat dirinya sendiri, ia akan malu karena saking buruknya
ekspresi dan sebab perubahan aura wajahnya.
Hal ini baru
sebatas keburukan yang tampak lahiriah. Efek marah pada jiwa seseorang adalah
bisa menimbulkan kedengkian di dalam sanubari, rasa iri dalam hati, menyimpan
perasaan buruk atas fenomena keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya.
Selain itu, efeknya secara lahiriyah banyak terjadi hal-hal yang fatal dimulai
dari apa? Dari kemarahan.
Adanya kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) pasti dimulai dari kemarahan. Rumah tangga yang
suaminya penyabar, istrinya penyabar, selalu menyelesaikan masalah dengan
musyawarah, mufakat, tidak akan mengenal kamus KDRT dalam rumah tangga mereka.
Ada seseorang berani menghabisii nyawa orang lain, dimulai dari kemarahan.
Siswa sekolah, kemudian tawuran, orang demontrasi di jalanan yang mengakibatkan
kekacauan lingkungan, semuanya dimulai dari kemarahan. Orang marah akan jauh
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Kenapa doa-doa
yang dipanjatkan di sepertiga malam dinamakan munajat? Munajat artinya
berbisik-bisik. Berbisik-bisik lebih identik dengan sebuah kedekatan yang
intens. Lebih intens dari orang berbicara biasa. Berbeda dengan orang marah.
Orang yang sedang marah, walaupun yang dimarahi hanya berjarak satu meter,
namun nada bicaranya tinggi, matanya melotot seperti orang yang sedang
berbicara dengan jarak 100 meter.
Kenapa seperti
itu? Sebab walaupun dekat secara raga, namun jauh secara ruh. Marah bisa
memecah jarak itu menjadi terbentang jauh. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ
بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
Artinya:
“Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah
yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.” (HR Bukhari)
Dalam hadits
lain:
إِنَّ خَيْرَ
الرِّجَالِ مَنْ كَانَ بَطِيءَ الْغَضَبِ سَرِيعَ الرِّضَا وَشَرِّ الرِّجَالِ
مَنْ كَانَ سَرِيعَ الْغَضَبِ بَطِيءَ الرِّضَا
Artinya:
“Sesungguhnya, sebaik-baik orang adalah orang yang lambat meletup emosinya dan
cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah orang yang cepat marah dan
lambat meridlai.” (HR. Ahmad).
Hadirin, hafidhakumullah, Di antara usaha kita
untuk mengontrol emosi kita supaya tidak mudah marah, ada beberapa tips sebagai
berikut: Pertama, membaca ta’awudz. Hal ini sebagaimana dalam hadits Nabi yang
diceritakan oleh Sulaiman Shurad:
اسْتَبَّ رَجُلاَنِ
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوسٌ،
وَأَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ، مُغْضَبًا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ،
Ada dua
laki-laki di samping Nabi ﷺ
sedangkan kita sedang duduk-duduk. Salah satu di antara mereka mencaci
temannya, marah, wajahnya memerah
. فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً،
لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
" Kemudian
Nabi ﷺ
bersabda
“Sesungguhnya
aku ini mengetahui ada sebuah kalimat yang jika dibaca, kemarahan itu akan
hilang yaitu jika dia membaca “a’ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm” (HR.
Bukhari)
Kedua, berwudhu.
Rasulullah
إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ
الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ
النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Artinya:
“Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan terbuat dari api. Api hanya bisa
padam dengan air. Jika di antara kalian marah, berwuduulah.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud).
Ketiga, Duduk.
Dalam sebuah
hadits, Rasul bersabda:
إِذَا غَضِبَ
أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا
فَلْيَضْطَجِعْ
Artinya:
“Apabila di antara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri, duduklah!. Jika
marah tidak bisa hilang, Bertidur miringlah!.” (HR. Ahmad, Abu Dawud) Keempat,
Diam.
عَلِّمُوا
وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا
Artinya:
“Mengajarlah kalian, berikan kemudahan, jangan mempersulit masalah.
وَإِذَا غَضِبَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
Jika di antara
kalian ada yang marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad).
elima, bersujud
yang berarti shalat sunnah minimal dua rakaat. Dalam sebuah hadits:
أَلَا وَإِنَّ
الْغَضَبَ جَمْرَةٌ فِي قَلْبِ ابْنِ آدَمَ أَمَا رَأَيْتُمْ إِلَى حُمْرَةِ
عَيْنَيْهِ وَانْتِفَاخِ أَوْدَاجِهِ.
Artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati anak Adam. Tidakkah
engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya?
فَمَنْ أَحَسَّ
بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَلْصَقْ بِالْأَرْضِ
Barangsiapa yang
mendapati hal tersebut, hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah
(sujud).”(HR. Tirmidzi)
Hadirin,
hafidhakumullah, Kita perlu ingat, beginilah hidup di dunia ini. Tidak selalu
sesaui dengan bayang dan ciita-cita kita. Keadaan akan sesuai dengan keinginan
perlu sedikit menunggu saat di surga. Kewajiban kita di dunia ini berusaha
sekuat tenaga untuk menjadi orang-orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa
dicirikan dalam Al-Quran sebagai berikut:
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
Artinya: (Orang-orang
yang bertakwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Jelas, di
antara ciri-ciri di atas adalah orang yang menahan amarahnya.
Melalui
penjelasan khutbah di atas, semoga kita dituntun oleh Allah sehingga kita bisa
menahan amarah, tidak suka marah dan menjadi orang yang penyabar. Harapan kita,
kelak, dengan menahan amarah ini, semoga kita akan meninggalkan dunia ini
dengan husnul khatimah, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ
الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله
الرحمن الرحيم. وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ (٣) ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ
الرّاحِمِيْنَ ـ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا
مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا
اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ