Kamis, 02 Maret 2017

MENJADI MUSLIM SEJATI, MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA AKHIRAT...!!


“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke Agama Islam secara sempurna, dan janganlah kalian mengikuti langkah syaithan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu”(Al-Baqarah :208)

Tidak dapat dipungkiri, bahwa semakin hari umat Islam semakin malu dengan identitasnya sebagai seorang Muslim. Hal ini tidak lain disebabkan banyaknya tudingan-tudingan miring yang disematkan oleh musuh-musuh Islam kepada umat Islam, dan yang lebih disayangkan, umat Islam sendiri dengan mudahnya membenarkan dan mengikuti begitu saja tudingan-tudingan tersebut. 

Sikap umat Islam yang menerima begitu saja terhadap tudingan musuh Islam, berdampak negatif terhadap perkembangan Islam dewasa ini. Umat Islam hari ini lebih banyak yang malu mengenakan simbol-simbol Islami, baik dari segi cara berpakaian, pola hidup, dan prinsip dalam menatap masa depan. Kebanyakan pemuda-pemuda Muslim menjadikan Islam bukanlah hal yang penting untuk diperjuangkan. oleh sebab itu, perlu peranan dan dukungan orang tua dan pemuka Agama untuk kembali membangkitkan kesadaran ber-Agama didalam relung jiwa seluruh pemuda-pemudi Islam. 

Secara bahasa kata Agama Islam berasal dari bahasa Arab, yakni Dīn al-Islam. Yang tersusun dari dua kata yakni Dīn yang artinya “hutang” dan al-Islam yang artinya “Tunduk dan patuh (Hamid Fahmy, Peradaban Islam)”. Sedangkan menurut istilah, Dīn al-Islam ialah, “Sekumpulan ketetapan Allah yang ditetapkan melalui Rasulullah Saw,. Yang wajib diikuti dan dita’ati oleh setiap mukallaf (Al-Jurjani, al-Mu’jam al-Ta’rifat, hal.105”). lebih lanjut dijelaskan bahwa Dīn al-Islam ialah “ketundukan secara totalitas, baik jasmani maupun rohani terhadap ketentuan-ketentuan Allah Swt yang diturunkan melalui Rasulullah Saw. (K.H.Najih Maemon, Aqidah Ulama Azhar Syarif, hal.6)”. 

Soal : Siapakah yang wajib mengikuti Agama Islam ? 

Jawab : Syaikh Abdullah Ba-‘Alawi, pengarang matan kitab Sullam at-Taufiq menyatakan bahwa, “Wajib Bagi tiap-tiap mukallaf masuk Islam dan melaksanakan seluruh ketetapan dan menjauhi larangan yang termaktub didalamnya (Sullam al-Taufiq, hal.3). Artinya, setiap orang yang disebut mukallaf ortomatis wajib masuk dan mengikuti Agama Islam. 

Soal : Siapakah yang disebut sebagai mukallaf ? 

Jawab : Habib Salim al-Hadromi menjelaskan bahwa mukallaf adalah sebutan bagi orang yang memenuhi empat persyaratan, (1) Baligh, ditandai dengan mimpi basah bagi laki-laki dan perempuan, atau haid khusus bagi perempuan di usia 9 tahun, atau berusia 15 tahun berdasarkan hitungan tahun hijriyah, jika sampai pada usia tersebut ia belum mengalami mimpi basah atau haid. (2) Berakal, yakni sehat akalnya atau tidak gila. (3) Sehat salah satu atau kedua indera penerima informasi, yakni mata dan telinga, yang memungkinkan seseorang untuk mengetahui sesuatu, yakni Agama Islam. (4) mengetahui keberadaan Agama Islam. Jika seseorang memenuhi keempat syarat ini, maka ia wajib masuk Islam dan melaksanakan syari’at Islam (Habib Salim al-Hadromi, Safinatun Najaa, hal.3)

Soal : Bagaimana dengan orang yang dilahirkan dan mati dalam keadaan kafir ? 

Jawab : Setiap manusia yang dilahirkan pada dasarnya ber-Agama Islam, karena ketika ditiupkan ruh kedalam jasadnya, ia dimintai perjanjian dan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. (Q.s al-A’raf 172). Namun orang tuanya-lah yang membawanya kepada Agama selain Islam, (Imam Malik, al-Muwatta, Juz 2, hal.338). dengan demikian, seseorang yang kafir pada dasarnya tetap dikenai tuntutan melaksanakan syari’at Islam, namun harus terlebih dahlu masuk Islam, karena ajaran Islam berlaku bagi seluruh manusia, termasuk orang kafir sekalipun, (Yusuf Qorodhowi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid II, GIP, Jakarta, 1998, hal.1023). Kewajiban ini-pula yang menyebabkan orang kafir kekal di Neraka, karena secara tidak langsung orang kafir melanggar dua kewajiban, yakni kewajiban masuk Islam dan kewajiban melaksanakan syari’at Islam. 

Soal : Lalu bagaimanakah kriteria Muslim yang sejati itu ? 

Jawab : Sesuai dengan prinsip dasarnya, seorang Muslim sejati adalah Muslim yang melaksanakan tugas-tugas kehambaannya dengan baik dan benar. Sebab tujuan utama Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk mengabdi kepadaNya (Qs. Az-Zariyat 56). Disamping itu mengingat defenisi Agama yang bermakna “hutang” yang harus dilunasi dengan cara melaksanakan ketundukan jasmani dan rohani (Islam), maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Muslim yang mampu melaksanakan tugas kehambaannya dengan sempurna, dan mampu membebaskan diri dari berbagai perkara yang menjauhkannya dari kewajiban tersebut adalah Muslim sejati (SMN al-Attas, Konsep Kebahagiaan dalam Islam). 

Sebagai sebuah penutup, seorang yang berhutang akan merasakan kelegaan dan kebahagiaan tatkala hutangnya telah terbayar lunas dan dengan jalan yang baik, demikian juga dengan seorang Muslim, ia akan mendapatkan kebahagiaan sejati dunia dan akhirat jika ia melaksanakan kewajiban yang menjadi hutang-nya kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, orang yang tidak melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba, tentu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati, sebab ia bukan Muslim yang sejati. Sesuai dengan ayat al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 208, “Laksanakanlah kewajiban dalam Islam dengan menyeluruh), artinya, jangan setengah-setengah menlaksanakan tuntutan Agama Islam, jika ingin menjadi Muslim sejati dan mendapat kebahagiaan di dunia hingga akhirat. Wallahu A’lam. 

0 komentar:

Posting Komentar